res

Geger Sulap Merah Vs Dukun Sudin, Akhirnya PBNU Buka Suara - Cakrawala Online
Segenap Pimpinan dan Keluarga Besar PT Cakrawala Merdeka Mediatama Group Mengucapkan Selamat Hari Anti Korupsi Sedunia

Breaking

Cakrawala Online Hari ini

Direktur PT BPR BKK Purwodadi Mengucapkan Selamat Hari Ibu 22 Desember 2024

03 Agustus 2022

Geger Sulap Merah Vs Dukun Sudin, Akhirnya PBNU Buka Suara



Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta masyarakat bisa membedakan antara seorang kiai dengan dukun.


Hal itu menanggapi apa yang dalam beberapa waktu terakhir ramai di media sosial.


Yakni, dugaan praktik perdukunan oleh Gus Samsudin yang dibongkar oleh Youtuber Pesulap Merah, Marcel Radhival.


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur pun meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan praktik perdukunan seperti itu.


PBNU juga melarang umat Islam untuk menganggap dukun seperti kiai.


"Kita harus selektif. Kita kan kadang dukun dikiaikan, itu salah. Jangan kiaikan dukun.


Masyarakat mesti ditekankan bahwa kalau karomah itu tidak diobral-obral," ujar Gus Fahrur yang dilansir laman NU Online, Selasa (2/8/2022).


Gus Fahrur mengatakan, karomah yang diberikan kepada seorang kiai berbeda dengan trik-trik yang dikeluarkan dukun.


Karomah itu menurut Gus Fahrur, tidak diperuntukan untuk tujuan komersil.


Karomah itu diberikan kepada wali, kekasih Allah, tidak untuk jualan, tidak untuk komersil atau konten. (Kalau dukun) itu tipuan, sihir, atau sulap," ungkap Gus Fahrur.


Ia pun melanjutkan, karomah seseorang bisa dilihat dan dibuktikan bukan dari keanehan-keanehan yang dilakukan, tetapi ilmu dan amal.


Para kiai yang memiliki karomah, kata Gus Fahrur, adalah mereka yang mengikuti sunnah dan syariat.


"Ukurannya bukan aneh. Nabi tidak mengajari yang aneh-aneh. Mengajari shalat dan kebaikan. Tapi ukurannya Nabi.


Kalau (perilaku) mereka tidak cocok dengan Nabi atau walaupun bisa terbang, tetap itu bukan wali," jelas Gus Fahrur.


Oleh karena itu ia berharap masyarakat menyadari fenomena keanehan di luar nalar yang kerap terjadi, agar tidak tertipu praktik perdukunan. Wn-sumber: Tribunnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar