Dompu, cakrawalonline
- Desa Taropo berasal dari transmigrasi pada tahun 1992, namun masih ada dalam
konteks sejarah kewilayahan Taropo lama yakni penduduk yang bermukim sejak
1978-1979. Arus transportasi belum ada lebih dekat jalan setapak bahkan lebih
dekat dengan desa tanju, kecamatan Manggelewa.
Pada tahun 1992 Taropo dibangun infrastruktur jalan untuk memperlancar pembagunan rumah
warga transmigrasi sehingga pemerintah PU Bina marga kerja sama dengan
pemerintah transmigrasi menjadikan jalan
utama untuk memperlancar arus transportasi warga setempat yang menjadi
warga dari Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu. Kelima
lainnya yaitu Mbuju, Kramat, Malaju, Lasi dan Kiwu berada di sepanjang garis
pantai. Sedangkan Desa Taropo berada di dataran yang sangat tinggi, karena
banyak warga pendatang dalam konteks sejarah.
Merintis Jalur
transportasi yang menghubungkan Desa Taropo dengan desa-desa lain di atas cukup
rawan, Arifin warga Taropo mantan honorer transmigrasi membenarkan arus
transportasi kebanyakan jurang, kalau mencari tepian yang rata kebanyakan lahan
warga untuk bercocok tanam sehingga dinakentras dan PU Bina marga menggusur
tebing tebing untuk arus transportasi
Terutama di lokasi yang bernama Teka Rengge Kapa. Sekelumit catatan
dalam bahasa lokal Bima dan Dompu " teka " artinya tanjakan, rengge adalah batu besar
dan kapa artinya kapal. Dinamakan
demikian karena di dekat jalur ini terdapat sebuah batu besar yang menyerupai
kepala pesawat terbang.
Di lokasi Teka Rengge Kapa ini kerap terjadi kecelakaan lalu
lintas. Terutama saat pengguna jalan dalam posisi menuruni jalur itu dari arah
Desa Taropo menuju Desa Mbuju Kecamatan Kilo.
Seiring dengan nada dering melalui telpon oleh Kepala Desa Taropo, Abdurrahman yang
dikonfirmasi via ponselnya oleh media ini, Sabtu sore (27/8/2022) pada pukul
18.15 Wita.
Kades Taropo menyebut Teka Rengge Kapa kembali memakan
korban jiwa. Salah satu warganya yang bernama Abdurahman (sekitar 52 tahun)
tewas dalam kondisi mengenaskan akibat mengalami kecelakaan di jalur tersebut.
Peristiwa nahas itu terjadi pada hari Rabu (24/8/2022) sekitar pukul 15.30
Wita. Tetapi baru diketahui pada keesokan harinya yakni Kamis (25/8/2022)
sekitar pukul 11.00 Wita oleh anak-anak SMA yang pulang dari sekolah.
"Pada hari Rabu itu korban dengan sepeda motor Jupiter
hendak menghadiri resepsi pernikahan keluarganya di Kambu (nama salah satu
dusun di Desa Mbuju Kecamatan Kilo)," kata Kades menceritakan kronologi
terjadi peristiwa kecelakaan berujung maut itu.
Dilanjutkan Kades, tidak ada orang yang mengetahui
terjadinya kecelakaan maut yang menimpa korban itu. Hingga malam hari korban
dicari ke mana-mana. Bahkan menanyakan ke tempat-tempat keluarganya yang ada di
desa-desa lain. Pencarian juga sempat dilakukan di dekat Tempat Kejadian
Perkara (TKP) namun jasad korban tidak ditemukan.
Semua upaya pencarian nihil. Korban belum berhasil ditemukan
pada malam hari itu.
"Pencarian sampai jam 11 malam," ucapnya.
Pencarian kembali dilakukan
pada hari Kamis pagi (25/8/2022). Bahkan anak-anak muda melakukan
pencarian di sekitar TKP dengan berjalan kaki. Namun juga hasilnya nihil.
"Di lokasi tersebut banyak tanaman petai (lamtoro)
sehingga jasad korban tidak terlihat karena tertutup pohon-pohon itu,"
jelas Kades.
Sekitar pukul 11.00 Wita, jasad korban berhasil ditemukan
dalam kondisi tidak bernyawa. Korban ditemukan oleh para siswa SMA yang dalam
perjalan pulang sekolah.
"Mereka melihat ada yang berkilau terkena sinar
matahari ternyata itu jasad korban bersama motor di dekatnya," ungkap
Kades.
Jasad korban kemudian dievakuasi dan selanjutnya dimakamkan
pada hari Kamis itu juga.
Lebih lanjut Kades Abdurrahman kembali menyampaikan
permintaan kepada pemerintah untuk memperhatikan kondisi jalur Teka Rengge Kapa
itu agar tidak lagi terjadi korban jiwa yang ke sekian kalinya.
"Jalur itu bisa dipindahkan sedikit karena terlalu
berbahaya. Sudah banyak korban jiwa jatuh di tempat itu. Sekali lagi kami mohon
kepedulian pemerintah," ! (zun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar