Jakarta-Cakrawalaonline Kisah salah satu orang terkaya di Indonesia
ini dapat menjadi inspirasi banyak orang.
Hal itu karena perjalanan
hidupyang dialami tidaklah mudah.
Bahkan dia bukan
keturunan orang kaya dan pernah menjadi sopir angkot.
Adapun dia adalah Prajogo
Pangestu, seorang konglomerat yang masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia
dan orang terkaya ketiga di Indonesia versi Forbes pada tahun 2019.
Di tahun 2022 lalu,
pendiri Barito Group ini diketahui kekayaan yang dimilikinya mencapai USD5,9
miliar atau setara Rp84,6 triliun, menurut Forbes.
Jauh sebelum mencapai
kesuksesan, pria yang memiliki nama asli Phang Djoem Phen ini pernah merasakan
pahitnya kehidupan.
Dia dilahirkan di Sungai
Betung, Kalimantan Barat pada tahun1944.
Orang tuanya bekerja
sebagai pedagang karet, pendidikan dirinya pun hanya sampai tingkat sekolah
menengah.
Namun, Prajogo memiliki
tekad untuk merubah nasib hidupnya. Pada tahun 1960, dia memutuskan merantau ke
Jakarta untuk mengadu nasib.
Menurutnya jika merantau
ke Jakarta akan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.
Ternyata nasib baik belum
berpihak kepadanya, di Jakarta dia gagal mendapatkan pekerjaan.
Hal ini membuat dirinya
terpaksa memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Kalimantan Barat dan
menjadi sopir angkot sebagai pekerjaannya.
Tetapi saat dirinya
menjadi sopir angkot, seakan-akan nasib baik berpihak kepadanya.
Pada tahun 1969 dia
bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun (Burhan Uray).
Pertemuan itulah Prajogo
diajak untuk bergabung di perusahaan milik Bong,yaitu PT Djajanti Grup.
Singkat cerita, pada 1976
dirinya ditunjuk sebagai General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara di
Gresik, Jawa Timur.
Hal ini didapatkan
olehnya berkat kerja keras Prajogo selama bekerja kurang lebih tujuh tahun.
Meskipun telah menjabat
sebagai General Manager, Prajogo tak cepat berpuas diri atas pencapaian
dirinya.
Dia justru memutuskan
keluar dari tempat kerjanya dan memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri,
bernama CV Pacific Lumber Coy.
Kemudian nama
perusahannya diubah menjadi PT Barito Pacific Timber.
Nasib baik kembali
berpihak kepadanya. Pada tahun 1993 perusahaan itu mulai dikenal oleh
masyarakat luas, bahkan bisnisnya pernah bekerja sama dengan anak-anak Presiden
Soeharto kala itu.
Kemudian pada tahun 2007,
perusahaan itu berganti nama menjadi Barito Pacifik. Di tahun yang sama dia
juga mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang membuat
kekayaan dirinya semakin melimpah.
Setelah mengakuisi,
Prajogo memutuskan untuk mendirikan perusahaan produsen petrokimia terintegrasi
terbesar di Indonesia yang diberi nama PT Chandra Asri Petrochemical,
perusahaan ini merupakan gabungan dari Tri Polyta Indonesia.
Berkat kerja keras dan
perjuangan dirinya, Presiden Jokowi memberikan penghargaan kepada Prajogo pada
Agustus 2019 lalu.
Dia mendapatkan
penghargaan Bintang Jasa Utama atas dedikasi yang diberikan terhadap Industri
Petrokimia dan Panas Bumi. Endah-sumber:okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar