Grobogan-Cakrawalaonline, Nasib naas tak bisa dihindari oleh kakek Harno (64), seorang pengendara warga Dusun Getah Sari, Desa Kemadohbatur, Kecamatan Tawangharjo. Saat dari ladang dan hendak pulang kerumah ia mengalami jatuh hingga pingsan dari atas jembatan kayu yang sudah rapuk di desa setempat. Jembatan setinggi sekitar 5 meter dari dasar sungai ini mengakibatkan korban mengalami luka parah dan patah tulang dibagian lengannya. Karena kondisi tersebut, oleh keluarganya korban harus dibawah ke Klinik setempat serta ke ahli tulang di Palur Sukoharjo.
Menurut korban kepada wartawan (Sabtu, 27/5/2023) mengatakan bahwa, sekitar pukul 11.30 wib (25/05/2023) saat itu ia dengan naik motor mengangkut keranjang berisi rumput dan tangki semprot mengalami jatuh karena jembatan kayu yang patah . Bersamaan dengan itu ia tertumpuh oleh kendaraan dan keranjang yang dibawahnya. Ia juga sempat mengalami pingsan, dan beberapa saat kemudian ia tersadar diri dan berusaha bangun sendiri karena saat kejadian tidak ada orang yang mengetahuinya. Setelah bangun ia berusaha mengganti tenaga berjalan kaki pulang kerumah. Dengan mjarak sekitar 500 m untuk sampai kerumah ia sampai membutuhkan waktu sekitar 1 jam karena dengan jalan tertitah menahan sakit di bagian kepalanya berdarah terbentur batu.
Sesampai dirumahnya, tentu saja hal ini membuat kaget keluarga dan tetangganya. Hingga sejumlah warga menuju ke lokasi untuk mengevakuasi motor korban. Evakuasi tersebut sempat merekam seorang warga. Dalam vidio tersebut terdengar kata kata dari perekam yang intinya menyayangkan adanya jembatan yang sudah lapuk tidak segera dibangun oleh pihak yang mengonsumsi.
"Jembatan memakan korban. Tolong Bapak Ibu diperhatikan, jembatan tak layak seperti ini kok tidak dibangun-bangun. Jembatan penghubung desa, akses anak sekolah dan ekonomi," kata perekam video
Jembatan tersebut berada di tengah perkampungan terpencil tepatnya Dusun Getahsari Desa Kemadohbatur, jembatan ini merupakan penghubung antara Desa Kemdohbatur dan Desa Godan. Jembatan kayu sepanjang 15 meter dengan lebar semeter tersebut kondisinya sangat memprihatinkan. Selain lapuk yang dimakan usia, kontruksinya juga dibuat secara asal-asalan tanpa adanya pagar pembatas.
Kades Kemadohbatur Iqnasius Gebyar Adi Winarno mengatakan bahwa, jembatan tersebut dibangun sekitar tahun 1980-an pertama oleh swadaya masyarakat yang dibantu seorang dermawan dari pengusaha Batu Gamping dengan konstruksi beton, namun lima tahun lalu jembatan hancur diterjang banjir bandang. Mengingat pentingnya keberadaan jembatan tersebut, kemudian warga membuat jembatan kayu seadanya yang hanya cukup memuat kendaraan roda dua.
Usai menjembatani beton tersebut ambruk, kemudian Pemdes Kemadohbatur berupaya mengajukan pembangunan ke Pemkab Grobogan, hingga oleh pihak terkait juga melakukan survey. Meski demikian sampai sekarang belum ada bangunan jembatan tersebut oleh Pemerintah Kabupaten Grobogan. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan saat itu hanya memberikan bantuan kawat bronjong saja.
“Kami juga bingung kenapa hanya dikasih tumpukan bronjong oleh BPBD Grobogan. Padahal, penanganan jembatan yang ambrol akibat banjir diambil BPBD Grobogan. Dulu mobil bisa melintas, sekarang hanya motor” keluh Kades.
Kades juga mengatakan bahwa sudah berkali-kali mengajukan pembangunan jembatan tersebut, namun hingga saat ini belum ada tanggapan dari pemerintah setempat. Bahkan sudah merasa capek atas pengajuan pembangunan jembatan tersebut. tapi tak ada hasilnya. Ng- Gik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar