LAMPUNG –
Cakrawalaonline, Seorang remaja tewas usai tersambar petir di rumahnya di
Kampung Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuhan, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung,
pada Senin (27/11/2023). Korban yang berinisial G merupakan siswa kelas VII
SMPN 1 Bandar Sakti, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.
Kronologi versi tetangga korban Saat kejadian, salah satu tetangga korban,
Antonika (40) mengaku mendengar suara seperti ledakan. "Pas azan magrib,
saya dengar suara ledakan. Setelah itu, listrik padam," kata Antonika,
Selasa (28/11/2023), dikutip TribunLampung.com. Antonika mengatakan, saat itu,
hujan belum turun, namun tampak awan mendung gelap yang disertai kilat dan
guntur.
Dia tidak menduga, suara ledakan itu adalah suara
petir yang menyambar rumah salah satu tetangganya. Antonika pun baru mengetahui
tetangganya tersambar petir setelah melihat warga berkerumun di rumah korban
untuk melakukan evakuasi. "Saat petir menyambar, di dalam rumah hanya ada
dua orang, yaitu korban dan neneknya," ujar Antonika. Dalam kejadian itu,
dia mengungkapkan, sang nenek selamat, namun nyawa G tidak tertolong. Menurut
kesaksian sang nenek, Antonika menyampaikan, sebelum kejadian, korban tengah
bermain ponsel di kamarnya.
"Dari keterangan neneknya, cucunya saat itu
sedang bermain HP di dalam kamar. Saat itu juga TV sedang menyala," ucap
Antonika. Usai tersambar petir, kamar dan seisi rumah korban porak-poranda. Kaca
jendela pun pecah berhamburan. "Setelah dipastikan kondisinya oleh medis,
korban dibawa ke rumah duka milik saudaranya sebab rumahnya tak memungkinkan
karena hancur," ungkapnya.
Kronologi versi kakek korban Sugino, kakek korban,
yang mengaku ada di rumah tersebut saat kejadian, menyampaikan kronologi yang
sedikit berbeda. Menurut Sugino, sebelum salat magrib, dia sempat melihat
cucunya sedang berbaring di kasur.
"HP sedang dicas di sebelahnya, sementara dia
(cucunya) tengah berbaring," tutur Sugino, Selasa (28/11/2023). Sugino
menceritakan, sebelum rumahnya tersambar petir, dia mendengar suara guntur
menggelegar satu kali dan tidak terlalu keras. Setelah rakaat pertama salat
magrib, Sugino mendengar suara gemuruh dan petir yang menyambar rumahnya.
Seketika, atap rumahnya runtuh. Sugino tertimpa reruntuhan asbes dan sempat
pingsan beberapa saat. "Seingat saya, masih rakaat pertama, sadar-sadar
saya tampar pipi saya, saya masih selamat," bebernya.
Setelah sadar, Sugino masih mendengar suara
cucunya menggeram. Namun, dia tidak bisa melihat karena lampu di rumahnya
padam. Sugino pun sempat meraba-raba sekitarnya dan mendapati kepala cucunya
sudah ada di depan pintu. Dia memastikan bahwa sang cucu terpental sekitar 1,5
meter dari tempatnya berbaring. "Posisinya terpental, yang tadinya
telentang menjadi tengkurap," terang Sugino. Setelah kejadian itu, korban
sempat dibawa ke klinik, namun usai menjalani pemeriksaan, korban pun
dinyatakan telah meninggal dunia. Cl – Sumber : KOMPAS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar