Jakarta – Cakrawalaonline, Dosen Ilmu
Politik & International Studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam
melihat performa cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin lebih
agresif dan kerap melontarkan sentilan kepada cawapres nomor urut 2, Gibran
Rakabuming Raka di debat cawapres, Minggu (21/1).
Ia mencontohkan Cak Imin kerap 'menyentil'
pemerintahan Presiden Jokowi yang tidak serius dan memilih menunda pelaksanaan
pajak karbon; hilirisasi ugal-ugalan; hingga devisa nikel sangat kecil.
Cak Imin turut menyentil Prabowo dengan menyebut adanya
ketimpangan kepemilikan lahan 500 ribu hektare dibanding kepemilikan tanah
rakyat yang rendah.
Baginya, sikap seperti demikian menunjukkan Cak
Imin berupaya membedakan dirinya dengan kubu pemerintah.
"Muhaimin kali ini tampil lebih santai, lebih
berani dan lebih agresif. Muhaimin tidak tedeng aling-aling untuk menunjukkan
sisi beda dirinya dengan kekuatan pemerintah, yang menjadi ciri khas kubu pro
perubahan," kata Umam, Minggu.
Selain itu, Umam mengatakan Cak Imin terlihat
beberapa kali berusaha memprovokasi dan memantik emosi Gibran dengan menyentil
Prabowo.
Salah satunya dengan menyebut ketimpangan kepemilikan
lahan 500 ribu hektare. Belakangan ini isu lahan 500 ribu hektare diarahkan ke
capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.
Muhaimin juga mencoba menyentil Gibran dengan
menyampaikan istilah "catatan Mahkamah Konstitusi. Bahkan Muhaimin juga
terkesan langsung menyerang pribadi Jokowi dengan menyinggung tentang isu
ijazah palsu.
"Hingga ada sentilan tentang penghormatan
pada masyarakat adat bukan sesederhana memakai baju adat saat peringatan 17
Agustus setiap tahunnya," kata dia.
Tak hanya itu, Umam juga mengatakan Cak Imin dan
Mahfud kembali menunjukkan kompak untuk mendegradasi Gibran.
Pada momen debat ini, Umam mengatakan keduanya
sama-sama mengkritik isu kebijakan food estate, impor pangan; hingga tudingan
kepada pemerintah Jokowi yang dinilai tidak menunjukkan keberpihakan pada
petani.
Senada dengan Umam, Direktur Eksekutif Trias
Politika Strategis Agung Baskoro juga menyoroti Cak Imin kerap mengeluarkan
jurus menyentil Gibran.
Agung mengatakan sentilan Cak Imin ke Gibran
maupun ke pemerintahan Jokowi lantaran sebagai kubu pengusung perubahan.
Baginya, pilihan politik ini sebagai pembeda dengan koalisi lainnya.
"Iya kalau saya melihatnya memang posisinya
hari ini kan koalisi perubahan mau enggak mau harus mengkritik ya. Karena kalau
tidak mereka tidak punya diferensiasi dengan pasangan 02," kata Agung.
Agung juga mengatakan Cak Imin lihai menangkal
serangan Gibran. Salah satunya soal terlihat ketika Gibran menyindir Cak Imin
yang dianggap membaca catatan dalam debat. Namun, Cak Imin lantas membalasnya
dengan "terpenting bukan catatan MK".
Cak Imin juga kena sentil Gibran ketika bicara
lingkungan. Gibran menyindir Muhaimin sebagai orang yang lucu karena bicara
ideal tentang lingkungan tapi masih membawa botol plastik.
Cak Imin juga sempat tidak bisa menjawab lugas
ketika ditanya Gibran soal lithium ferro-phosphate. Padahal selama ini timses
Cak Imin sering bicara tentang itu. Gibran lalu kembali menyindirnya.
Sikap Cak Imin ketika ditekan Gibran, kata Agung,
lebih baik ketimbang debat sebelumnya. Meski tidak memberi jawaban lugas,
tetapi bisa terlihat mampu menanggapi isu yang diperbincangkan.
"Kalau saya boleh bilang ini jauh lebih baik
dari penampilan dia yang pertama ya jauh lebih baik lebih siap," kata dia.
Peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan argumentasi yang dilontarkan
Cak Imin di debat menunjukkan pengalaman panjangnya selama duduk di kursi
legislatif.
"Apalagi isu desa, pertanian yang itu menjadi
domain Cak Imin kan. Apa yang disampaikan Cak Imin punya keterikatan panjang
Cak imin di bidang itu," kata Wasis.
Wasis mengatakan kritik Cak Imin kepada pemerintah
dan Gibran menjadi gimik politiknya di debat. Baginya, sikap itu menunjukkan
kegelisahan Cak Imin yang ingin merevisi kebijakan yang dianggap kurang
berpihak pada rakyat. Cl – Sumber : CNN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar